Subang, Detak Media.com
Anginkencang di perairan Subang Utara, sejak lebih dari sebulan terakhir, membuat nelayan enggan melaut. Akibatnya, pasokan ikan menjadi menurun dan menyebabkan sepinya tempat pelelangan ikan (TPI) dari aktivitas lelang.
Berdasarkan pantauan media ini TPI Gangga,Desa Rawameneng Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jumat (17/01), TPI yang biasanya ramai dan riuh oleh aktivitas lelang ikan, tampak sepi. Sejumlah pembeli/bakul ikan duduk termenung di pinggir TPI menantikan nelayan yang datang membawa hasil tangkapan ikan. Namun, jumlah nelayan yang datang bisa dihitung dengan jari satu tangan. Hasil tangkapan yang mereka bawa pun hanya berupa kerang dan kuniran, juga dengan jumlah sedikit. Sedangkan jenis ikan lainnya seperti kakap, teri, termasuk cumi-cumi, tampak kosong. ‘Sepi, sekarang susah cari ikan. Nelayannya pada nggak melaut,” ujar pegawai TPI Ono.
Pengurus KUD Gangga, Didi dan Ono, saat dikonfirmasi, mengakui, sepinya TPI akibat sebagian besar nelayan di daerah tersebut tidak melaut. Perahu kecil yang digunakan nelayan, sangat rawan diterjang angin kencang. “Hanya nelayan yang mentalnya kuat saja yang berani melaut,” kata Dedi, Jumat (17/01).
Dedi menyebutkan, dalam kondisi normal, perahu yang berangkat melaut dan melakukan lelang di TPI Gangga bisa mencapai 50 perahu per hari. Namun saat ini, perahu yang melaut hanya di kisaran tiga sampai lima perahu. Akibatnya, hasil tangkapan yang dilelang juga merosot tajam. Biasanya, nilai transaksi lelang di TPI Gangga cukup lumayan,tidak seperti hari hari sebelumnya,” tutur Dedi.
Dedi mengatakan, sesuai hukum ekonomi, kosongnya pasokan ikan itu juga membuat harga ikan menjadi naik. Namun meskipun begitu, pendapatan nelayan tak ikut naik karena modal yang mereka keluarkan untuk melaut juga lebih besar dibandingkan saat kondisi normal. Pria yang juga menjabat sebagai sekretaris Ono itu menambahkan, kondisi tersebut tak hanya terjadi di TPI Gangga. Namun, juga terjadi di sebagian besar TPI lainnya di Kabupaten Subang. Menurut Dedi, nelayan kecil takut mengalami kecelakaan di laut jika memaksakan diri pergi melaut. Pasalnya, perahu mereka tak kuat menahan kencangnya tiupan angin yang mereka kenal dengan istilah angin timuran tersebut. Selain itu, hasil tangkapan nelayan pun tak sebanding dengan risiko dan modal yang mereka keluarkan. Seperti misalnya, untuk nelayan yang melaut menggunakan perahu berukuran dibawah tiga gross ton (GT), modal melautnya mencapai Rp 200 ribu – Rp 300 ribu. Sedangkan hasil yang diperoleh, seringkali lebih kecil dari modal yang dikeluarkan.(Nali.s)