Baru 2 Bulan Dibangun, Jembatan Titi Golkar Di Desa Sei Kopas Lenyap, Kemana?

Asahan | Detakmedia.com

Dengan alasan paktor alam, Titi Golkar yang berada di perbatasan antara Sei kopas dan Desa Sei Nadoras kecamatan Bandar Pasir Mandoge yang baru 2 bulan selesai dibangun lenyap tanpa bekas.

Hasil pantau awak Media dilokasi Jembatan Titi Golkar Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan, pada hari Sabtu (19/03/2022) menyaksikan dan melihat sendiri jembatan yang telah menelan biaya sebesar Rp. 1. 475. 358. 583, 92 , dengan nomor ruas 154, dengan dana yang bersumber dari DID Kabupaten Asahan, yang dikerjakan oleh CV. Ransoe Karya Pratama, dengan waktu pengerjaan yang di mulai pada 06 September 2021 dan selesai pada 05 Desember 2021, dengan nama kegiatan (DID) Pembangunan Jembatan Golkar Penghubung Jalan Sei Nadoras menuju ke Kampung Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan, hilang tanpa bekas dan tidak terlihat bekas tanggul penyanggah pada sungai Sei kopas yang saat awak Media berada dilokasi kedalaman sungai hanya sebatas lutut orang dewasa.

Hasil konfirmasi awak Media dilokasi jembatan yang berada di desa Sei Nadoras yang juga bermasalah, saat awak media menyinggung kenapa jembatan di Desa Sei Nadoras tidak bisa di Pungsikan karena kondisi jembatan yang terjal, saat itu R. Manurung (dari dinas UPT PUPR Kecamatan Bandar Pasir Mandoge) menyinggung jembatan Titi Golkar, menurut R. Manurung, “sebenarnya ini ada kaitannya dengan jembatan Titi Golkar, karena mereka (pemborong) mengalami kerugian di jembatan Titi Golkar, sehingga untuk memperbaiki jembatan di desa Sei Nadoras ini pihak pemborong sudah kehabisan dana,” ucap R. Manurung.

Namun saat ditanya apakah hubungan antara PT. CLEOSA CIKAL FUTURISTIK yang mengerjakan jembatan di Desa Sei Nadoras dengan CV. Ransoe Karya Pratama yang mengerjakan jembatan Titi Golkar, R. Manurung menjawab “konfir saja langsung ke PPK, sedangkan PPK saat di konfirmasi via telpon, pak Rambe selaku PPK menjawab “bagaimana mau selesai Uangnya belum cair,” sambil menutup telpon dengan alasan lagi rapat.

Mendengar informasi tersebut awak Media merasa penasaran dan pengen lihat sendiri tentang kondisi jembatan Titi Golkar yang sudah membuat kehabisan dana untuk mengerjakannya, ternyata setelah awak Media sampai dilokasi Jembatan Titi Golkar, awak Media tidak melihat adanya jembatan yang sedang dibangun, serta awak Media tidak melihat adanya aktivitas pekerjaan Walaupun dilokasi jembatan ada barak untuk pekerja yang dihuni oleh 2 orang di barak tersebut.

Dari pekerja yang tinggal dibarak awak Media mendapat informasi jika jembatan ternyata sudah selesai dibangun, namun jembatan hanyut dibawah air saat sungai mengalami banjir, saat itu awak Media mencari papan pago proyek dan bertanya kemana papan Plank proyeknya, sang pekerja menjawab ada di samping, namun saat awak Media mengatakan tidak ada, pekerja menjawab, “oh mungkin dibawak sama pemborongnya pak, karena semalam pemborongnya datang,” ucap pekerja yang tinggal dibarak yang terakhir mengaku bernama Iwan.

Dari jawaban Iwan, awak Media semakin penasaran dan mencari tahu kemungkinan sudah ada masyarakat yang setempat mengambil photo papan pago proyek tersebut, dan hasilnya Alhamdulillah dari masyarakat setempat awak Media mendapatkan photo papan pago proyek dari jembatan Titi Golkar, dan mendapatkan informasi dari masyarakat terkait jembatan Titi Golkar yang diduga dibangun asal jadi.

Seperti keterangan salah satu warga kepada awak Media, “bagaimana mungkin bang dengan dana sebesar itu seharusnya jelas beton tiang penyangga jembatannya pastinya dibuat besar dan kokoh, namun setelah terjadi banjir koq gak nampak tiang penyangga, namanya cor-coran kan gak mungkin bisa ancur lebur ikut terbawak air kecuali jika pengerjaannya asal jadi, ucap Wahyu Hidayat (36).

Harapan masyarakat Desa Sei Nadoras dan masyarakat Sei kopas, semoga pihak Pemkab Asahan khususnya dari dinas terkait yang dalam hal ini dinas PUPR, bisa segera menyelesaikan Titi Golkar, mengingat Titi Golkar adalah satu-satunya akses jembatan yang menghubungkan kedua masyarakat untuk beraktivitas dan mengeluarkan hasil tani, dan selama jembatan tidak ada masyarakat mengunakan rakit penyebrangan yang terbuat dari bambu. (Supri Agus)